Archive for the 'ASYWAAQ' Category

14
Jun
09

Cinta itu Gila !

(2)  Tolaklah  aku  sebisamu  ….  kau  pasti  tetap  kudapat  !

Apa jadinya bila seseorang cintanya ditolak mentah-mentah ?. Bagi yang berjiwa besar, mungkin ia masih akan terus mencoba, lagi dan lagi sampai tujuannya tercapai atau … mundur teratur, balik kanan … bubar jalan !. Tetapi buat mereka yang berjiwa kerdil dan suka memaksakan kehendak, bisa-bisa “pemeo jalanan” : Bila cinta ditolak, dukun segera bertindak akan jadi satu-satunya alternatif. Wow … taakuut !?

Sebaris syi’r anonim berikut ini mungkin pernah terbaca dan kemudian meng-inspirasi mereka-mereka yang begitu sangat gigih dalam merengkuh cita-cita cintanya hingga titik nafas penghabisan :

Laisa  ‘l-hijābu  bi-muqshin  ‘an-ka  lī  amalan

inna  ‘s-samā-a  turojjā  hīna  tuhtajabu 1)

Jangan kau kira penghalang itu akan dengan mudah menyurutkan tekadku  …….

sedangkan langit yang terhalang mendung malah membuat orang makin penuh harap

Iiih … nékat juga ya orang ini. Tetapi itulah cinta yang bila telah merasuki jiwa seseorang, maka dunia jadi tidak punya arti apa-apa dan ia dapat berbuat apa saja, sesukanya. Coba simak lagi dua potong syi’r anonim  berikut ini :

Hawā-ka  atānī  wa  huwa  dhoifun  u‘izzu-hu

fa-ath‘amtu-hu  lahmī  wa  asqoitu-hu  damī 2)

Buai cintamu itu telah merasuki diriku bak seorang tamu yang harus kumuliakan  …….

maka kuberikanlah ia makan dan minum berupa daging dan darahku sebagai suguhan

Anta  dā-’ī  wa  fī  yadai-ka  dawā-’ī

yā  syifā-‘ī  mina  ‘l-jawā  wa  balā-’ī 3)

Engkaulah penyebab semua sakitku, di tanganmulah kulihat obat penawar untukku  …

wahai engkau, penyembuhku dan penyengsaraku dengan cinta ini

Iiih … jadi makin serem aja ya. Ya iya lah, kata orang bijak : “Love is Blind” ( Cinta itu Buta ), sedangkan Buta ( raksasa ) itu kan suka menyantap manusia, jadi “Cinta itu Suka Menyantap Manusia”. Maka berhati-hatilah dengan yang namanya cinta !.

Catatan :

1)  dari kitab al-Balāghoh al-Wādhihah, Mushthofa al-Jārim, Cairo.

2-3)dari kitab Mīzānu ‘dz-dzahab fī Shinā‘ati syi‘ri ‘l-‘arob, As-sayyid Ahmad al-Hāsyimī, Beirut, 1979.

(3)  Cé  Él  Bé  Ka  ….  apakah  engkau  benar-benar  ada  ?

Falsafah Oude Liefde roest niet ( Cinta Lama tak pernah padam ) rupanya amat setia dianut oleh para penduduk negerinya Van Gogh sama halnya dengan orang-orang sekampung William Shakespeare yang meyakini kepercayaan First Love never dies ( Cinta Pertama tak kan pernah mati ) ini dalam hidup mereka.

Di kita kelihatannya sama saja, bahkan dua stasiun tv swasta sampai bersaing dengan mengangkatnya menjadi acara reality show unggulan mereka meski bukan di tayangan prime time. Yang satu mengusung tema Cinta Lama Bersemi Kembali ( CLBK ), sedang yang satunya lagi memasang judul First Love. Bagaimana dengan kawan-kawannya Abu Nuwas, adakah mereka juga menganut mazhab indah yang satu ini ?. Barangkali sepotong sajak Lāmiyah ini bisa menjawabnya :

Naqqil  fu’āda-ka  haitsu  syi’-ta  mina  ‘l-hawā

wa  mā  ‘l-hubbu  illā  li ‘l-habībi  ‘l-awwali

Biarkanlah hatimu berkelana kemana ia suka untuk menebar cintanya …

ketahuilah bahwa cinta sejati akan selalu kembali pada kekasih pertama

Tampaknya John Lennon dan Paul McCartney ( dua pentolan The Beatles ) merasakan benar “jiwa” sajak berbahasa arab diatas, sehingga membuat mereka harus menuangkannya ke dalam lirik lagu sendu mereka yang bertajuk “Long and Winding Road” ini :

The long and winding road  …………..

It always leads me here  …     leads me to your door

Jalan panjang yang berkelak-kelok itu ……………

Selalu saja membawaku kembali kesini … kembali ke pintu hatimu

Para suami yang mendapat istri atau istri yang dinikahi suami bukan karena cinta pertama masing-masing, tak perlulah harus merasa terlalu resah atau was-was karena takut akan kehilangan pasangannya, karena dua alasan. Pertama : survey membuktikan bahwa tidak semua cinta pertama memiliki bobot kesejatian hakiki seperti yang tercermin dalam dua kata bijak diatas sehingga mampu bangkit kembali dari alam sana. Kedua : ada sebuah “dogma” kuat yang sampai saat ini masih taat dianut oleh kebanyakan kita, yaitu bahwa “Mencintai itu tidak selalu harus Memiliki”. Aman … kan ?

(4)  Cinta  bisa  bikin  Mabuk,  …  setengah  Gila,  atau  …  Gila beneran  ?

Orang-orang tua dulu membandingkan kita yang sedang Jatuh Cinta itu bagaikan orang yang sedang Mabuk Kepayang. Kepayang adalah sejenis buah beracun dari pohon besar yang hanya tumbuh di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan, yang dapat membuat pemakannya menjadi limbung dan mabuk serta bertingkah bak orang gila. Dan cinta itu ya katanya begitu, dapat membuat kita limbung, mabuk bahkan mungkin “gila”.

Jadi tidak heran bila seorang penulis lirik lagu sekaliber Ibrahim Nagi-pun, sampai harus ikut-ikutan menuangkan “kegilaan cinta” ini kedalam lagu khususnya untuk Ummu Kultsum ( Diva Penyanyi Arab ) yang berjudul “Al-Athlāl” ( Ruins / Puing-puing ) yang melegenda itu, begini :

Hal  ro’ā  ‘l-hubbu  sukārō mitsla-nā

kam  banai-nā  min khoyālin  haulanā

wa  masyai-nā  fī  thorīqin  muqmirin

ta‘ibu ‘l-farhatu  fīhi  qoblanā

wa  dhohik-nā  dhohka  ‘th-thiflaini  ma‘an

wa ‘adaunā  fa-sabaq-nā  zhilla-nā

Adakah cinta pernah  melihat orang-orang yang mabuk seperti kami ini …

yang terus membangun angan-angan muluk dan khayalan tinggi

yang terus telusuri jalan-jalan yang temaram oleh sinaran rembulan

penuh dengan fatamorgana kebahagiaan tak berujung

yang tertawa renyah bak dua orang bocah yang kegirangan

lalu berpacu lari, hanya mengejar bayang-bayang kami sendiri …. ?

Rupanya Cak Gombloh ( penulis lagu sekaligus penyanyi nyentrik ) itupun tak mau ketinggalan untuk ikut ambil bagian. Dalam lirik lagu Setengah Gila dari Trilogi lagu-lagu “Gila”nya ( Setengah Gila, Gila dan Semakin Gila ) ia menulis tentang ulah cinta itu begini :

Ada yang sumpah langit dan bumi

Katanya cinta setengah mati

Datang apél setiap hari

Bagai kiamat kan datang esok pagi

Bercinta super

Melengket bak kue lemper

Itulah cinta yang bikin ulah

Tua atau remaja

Gadis atau jejaka

Setengah Gila.

Bahkan John Lennon dan Paul McCartney ( The Beatles ) sampai memimpikan sebuah “kegilaan khayali” unik dan aneh yaitu kalau mungkin agar satu pekan yang sekarang cuma tujuh hari itu bisa menjadi delapan hari ( dan itupun masih kurang cukup ) agar keduanya dapat mencurahkan se-abrek-abrek cinta mereka kepada sang pujaan dengan sepuasnya. Itu mereka tulis dalam lagu “Eight days a week“-nya :

Eight  days  a  week  is  not  …

enough  to  show  I  care

Delapan  hari  sepekanpun masih  belum

cukup untuk menunjukkan  betapa aku  menyayangimu

Wow, luar biasa dan begitu dahsyatnya …. Cinta !. Dan agar kita tidak ikut-ikutan menjadi gila, maka tulisan ini terpaksa harus disudahi saja sampai disini. Gila !

25
Apr
09

Bola mata kekasih di mata Duo Farouk

(1)  “ Bening  kedua  bola  matamu “  ….  di  mata  “ Duo – Farouk “

Ada dua sosok Farouk yang dimiliki Mesir sebagai penyair kontemporer terkenalnya. Salah satunya adalah Farouk Shousha yang juga pengasuh acara budaya “Lughotunā ‘l-jamīlah” di saluran tv nasional, dan yang satunya lagi adalah Farouk Guweida.

Kita akan coba melirik pandangan keduanya dalam menggambarkan makna “dua bola mata” dari gadis impiannya masing-masing dari sajak-sajak yang mereka tulis.

Dalam sajak “Fī ‘ainai-ki … ‘unwānī“ yang juga menjadi judul kumpulan puisinya (1979), Farouk Guweida bertutur begini :

. . . . . . . . . . . .

Wa  lau  khuyyir-tu  fī  wathonin

la-qultu  hawā-ki  authōnī

wa  lau  ansā-ki  yā  ‘umrī

hanāyā  qolbī  …  tansā-nī

idzā  mā  dhi‘-tu  fī  darbin

fa-fī  ‘ainai-ki  ‘unwānī

Andai aku boleh memilih sebuah tanah air  …

maka cintamulah yang jadi tanah airku

andaipun aku dapat melupakanmu, sayang  …

maka seantero jiwakupun pasti akan melupakanku

andai di suatu tempat aku tersesat  …

maka di kedua bola matamu kan kutemukan alamatku

Sedang dalam kumpulan puisinya “Lu’lu-atun  fī ‘l-qolb“ (1978), pada sajaknya yang bertajuk “Sami‘tu  ‘ainai-ki“, Farouk Shousha menulis seperti ini :

Sami‘tu  ‘ainai-ki … wa  mā  qōlatā

sami‘tu  kulla ‘l-hamsi  kholfa  ‘l-jufūn

wa  ‘rta‘asyat  kaffāya  fī  lamsatin

auda‘tu-hā  hubbī  wa  sirrī  ‘d-dafīn

aiqozh-ti  fī  nafsī  dabība  ‘l-munā

asy‘al-ti  fī  qolbī  nidā-a  ‘l-hanīn

ainā-ki  …  lam  asyhad  siwā  marfa-in

tarsū  ‘alai-hi  sufunu  ‘l-mut‘abīn

Kudengar seluruh tutur kedua bola matamu

kudengar pula setiap bisik di balik kelopaknya

kedua tangankupun bergetar oleh sentuhannya  …

dan kusimpan dalam cintaku yang lama terkubur

kau bangkitkan kembali semua harapku   …

dan nyalakan lagi panggilan kerinduan dalam hati ini

kedua bola matamu adalah dermaga

tempat berlabuhnya bahtera mereka yang letih mencari.

Bahkan seorang Ismail Marzuki sempat merekam bagaimana seorang gadis paramedis “kesemsem” pada sesosok pemuda pejuang hanya dengan menatap sepasang mata bola-nya dari balik jendela kereta. Ini beliau gambarkan dalam lirik lagu Sepasang mata bola yang bernuansa perjuangan “tempo deloe” :

Sepasang mata bola

dari balik jendela

datang dari Jakarta  …

‘nuju medan perwira

kagum ku melihatnya  …

sinar nan perwira rela

hati telah terpikat  …

semoga kelak kita berjumpa pula

Wow … romantis abiiis ya. Tapi kita harus berhati-hati dengan yang namanya mata ini, apakah itu mata kita sendiri ataupun mata orang lain. Meskipun cuma sepasang, ia bagaikan sebatang anak panah beracun yang sangat berbisa dan berbahaya. Iiih … takut ?!




Ingat Waktu !

Demi Masa

Kategori

Blog Stats

  • 6.185 hits
Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031