07
Des
08

bahasamu adalah jati dirimu

(1)  Kita  sudahi  saja  “pertikaian”  antara  Zaid  dan  ‘Amr  itu   sampai  disini

Ungkapan “dhoroba Zaidun ‘Amron” adalah bagaikan sebuah “lagu wajib” yang terus saja didendangkan ( dari masa ke masa, hingga saat ini ) oleh para pengajar bahasa arab untuk contoh susunan “jumlah fi‘liyyah” ( verbal clause ) atau untuk contoh posisi “fā‘il / maf’ūl” ( subject / object ) dalam kalimat. Dan para muridpun biasanya lalu manggut-manggut sebagai tanda mengerti, yang kemudian ‘pasti’ akan menggunakan contoh yang sama dalam ulangan/ujian mereka atau bahkan kelak ketika mereka mengajar. Semua ini sebenarnya sih sah-sah saja, cuma … seperti ada unsur KDRTnya ( Kekerasan Diantara Rekan dan Tetangga ).

Kasihan kali si ‘Amr itu bah, selalu saja jadi penderita. Kata orang, posisi si Zaid dan si ‘Amr sebagai “fā‘il/maf’ūl” disitu tak mungkin kita balik atau pertukarkan, karena si ‘Amr itu tubuhnya kecil dan kurus sehingga tidak mungkin berani memukul si Zaid yang besar dan kekar itu. OK lah kalau memang begitu, tetapi apa harus terus dengan cara pukul-pukulan dan tak ada modus lain lagi yang lebih insani ?. Mbok yo sekali-sekali si Zaid itu ya apa menolong, ya apa memboncengi atau sekalian men-traktir si ‘Amr ke mall gitu ! Yo kan apik to ?

(2)  I’ll  “look for”  someone  who  should  “look after”  you,  bebe

Ujaran diatas itu keren ya ?. Eit … nanti dulu. Itu baru satu dari sekian banyak contoh pemakaian “compound verb” yang biasa kita dapatkan di awal-awal belajar Bahasa Inggris dulu. Tetapi dalam belajar Bahasa Arab, “compound verb” / al-fi’l al-murokkab (?) – kalaupun istilah ini memang ada *) – yang selalu “dipersembahkan” oleh para pengajar adalah contoh klasik satu-satunya ini : “roghiba fī dan roghiba ‘an”, bas we mā fisy tāni. Iya kan apa iya kah … ?

Padahal “compound verb” itu kan bejibun banyaknya dan penggunaannya dalam rangka berbahasa yang baik, benar dan indah adalah sebuah kemutlakan yang tak terbantahkan. Kalau kita tidak menguasainya, bisa-bisa kita bisa bisu alias bisa berbahasa sebisanya doang. Padahal pagi-pagi sekali, baru pada ayat ke-3, 7, 15 dan 17 saja dari surat al-Baqoroh, al-Qur’an sudah menyuguhi kita dengan contoh-contoh manisnya : “al-ladzīna yu’minūna bi ‘l-ghoib …”, “khotama-‘llōhu ‘alā qulūbihim …”, “Allōhu yastahzi-u  bi-him …”, “… dzahaba-‘llōhu bi-nūrihim …”. Berikutnya coba kita tengok contoh-contoh ini :

qodaro ‘alā – ( ﹻ qudroh, maqduroh, maqdaroh, maqdiroh ), roja’a ‘an ( rujū’ ), hāla dūna ( hailūlah ),  asfaro ‘an, ihtāja ilā, a’rodho ‘an, dan ittafaqo ‘alā.

Catatan :

Compound verb” adalah gabungan sebuah kata kerja ( verb / fi’l ) dengan sebuah kata depan ( preposition / harf al-jarr ) sebagai satu kesatuan yang mempunyai sebuah arti tertentu, ( kata depan disini tidak punya makna harfiah ). Makna dari “compound verb” ini akan berubah bila kata depan pasangannya ditukar. Seperti pada “look for” ( mencari ) dan “look after” ( menjaga ) atau “roghiba fī” ( suka ) dan “roghiba ‘an”  ( benci ). Jadi … sebuah kemutlakan, bukan ?

Mohon jangan sampai rancu dengan kata kerjayang diikuti” oleh kata depanmurni“ ( yang berfungsi untuk menunjukkan keterangan tempat semata ), seperti pada : dzahaba ilā, jā-a min ( to go to, to come from ) dan seterusnya.

*) Dalam Bahasa Arab, model “compound verb” ini memang ada juga tergambar secara sekilas dalam pembahasan “ta’diyat al-fi’l bi-harf al-jarr” ( making a transitive verb by adding a preposition ) ( lihat kitab an-Nāhw al-Wāfī, Abbās Hasan, Dār al-Ma’ārif, jilid 2, hal. 159, catatan kaki 1 ).

Tugas kita :

Dalam belajar atau mengajarkan bab fi’l ( kata kerja/verb ), materi “compound verb” ini tidak boleh diperlakukan “seramah dan seremeh” seperti memperlakukan “single verb” ( misalnya  :  akala, sajada atau qotala ).

(3)  Wahai  “al-fi’l  ats-tsulātsī  al-mujarrod”,  mampukah  aku  menggaulimu  dengan  adil  ?

Ketika belajar Bahasa Inggris, ada satu kegiatan yang paling amat tidak diminati oleh banyak pelajar, yaitu mengahafalkan “irregular verb” yang jumlahnya agak lumayan … buaaanyak. didalam belajar atau mengajarkan Bahasa Arabpun, sebenarnya ada satu kegiatan yang mestinya diterapkan hukum yang sama seperti ketika mengajarkan “irregular verb”, yaitu “keharusan menghafalkan” bab tash-rīf ( pengubahan bentuk kata ) dari fi’l mādhi ke fi’l mudhōri’ serta bentuk mashdar dari spesies langka “al-fi’l  ats-tsulātsī  al-mujarrod” yang cuma enam bab itu.

Catatan :

Dari segudang materi pelajaran ‘ilm as-shorf ( morphology / ilmu bentuk kata ) yang konon amat menyeramkan itu, sebenarnya hanya bab yang membahas perubahan bentuk kata dari fi’l mādhi ke fi’l mudhōri’ serta bentuk mashdar dari “al-fi’l  ats-tsulātsī  al-mujarrod” saja yang berpola irregular dan harus dihafalkan, jadi cukup sederhana dan tidak ada yang harus “dipertakutkan”.

Tugas kita :

Dalam belajar atau mengajarkan bab pengubahan bentuk kata dari fi’l mādhi ke fi’l mudhōri’ serta bentuk mashdar dari “al-fi’l  ats-tsulātsī  al-mujarrod” yang cuma enam bab itu, kita harus rela menghafalnya di luar kepala, sama halnya seperti saat kita belajar atau mengajarkan “irregular verb”nya Bahasa Inggris. Jangan lupa kalau belajar sendiri, kita harus ditemani oleh sebuah Kamus Arab yang agak mumpuni untuk bahan rujukan.

Caranya :

Lihat contoh seperti yang dibeberkan pada tulisan terdahulu saat membicarakan “compound verb”, yaitu setiap kali kita membaca / menghafalkan sebuah fi’l mādhi dari “al-fi’l  ats-tsulātsī  al-mujarrod” maka wajib pulalah pada saat itu, kita baca / hafalkan fi’l mudhōri’ serta bentuk mashdar-nya sekaligus. wajib, musti dan kudu, tidak boleh tidak, seperti berikut :

1. nazhoro nazhor, manzhor = hafalkan begini  :  nazhoroyanzhuru, nazhor wa manzhor

2. dzahaba dzahāb, madz-hab = hafalkan begini  :  dzahaba yadz-habu, dzahāb wa madz-hab

3. roja’a rujū’ = hafalkan begini  :  roja’a yarji’u, rujū’

4. fahima fahm, faham = hafalkan begini  :  fahima yafhamu, fahm wa faham

5. hasiba hisbān, mahsabah = hafalkan begini  :  hasiba yahsibu, hisbān wa mahsabah

6. ‘azhuma ‘izhōm, ‘azhomah = hafalkan begini  :  ‘azhumaya’zhumu, ‘izhōm wa ‘azhomah.

Eit … kenapa mengernyitkan dahi begitu, muuuu…met ya ? Coba dulu, pasti dech ketagihan. Selamat mencoba et Bon Appetite !


1 Tanggapan to “bahasamu adalah jati dirimu”


  1. Mei 27, 2009 pukul 2:13 am

    belajar bhs arab seperti ini yang tidak membosankan…,gimana ustadz kalau ditulis dalam buku saja …


Tinggalkan komentar


Ingat Waktu !

Demi Masa

Kategori

Blog Stats

  • 6.185 hits
Desember 2008
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031